Ragam Tulisan

Minggu, 04 Desember 2011

Resensi Buku: Ironi Negeri Beras



Detail Buku :
1
Judul
:
Ironi Negeri Beras
2
Pengarang
:
Muhamad Khudori
3
Tahun
:
Maret 2008
4
Penerbit
:
INSIST press
5
Editor
:
Sandria Komalasari

Beras merupakan komoditas strategis. Tidak hanya bagi Indonesia, tapi juga negara-negara di dunia terutama negara di kawasan Asia yang menjadikan beras sebagai pangan utamanya. Fungsi strategisnya terletak pada posisinya yang menjadi pangan pokok (staple food) sekitar 3 milyar orang orang atau separuh penduduk dunia.
Indonesia merupakan salah satu produsen dan konsumen penting beras dunia. Sekitar 70% dari 25,4 juta rumah tangga petani adalah petani pangan. Mereka menggantungkan hidupnya pada padi yag ditanam di lahan-lahan sempit tidak lebih dari 0,25 hektare. Dalam sejarah Indonesia, beras memiliki andil yang besar baik dalam sejarah di masa kerajaan/ masa penjajahan hingga sejarah kemerdekaan Indonesia. Beras menjadi komoditas yang lebih penting dari pistol dan mesiunya.
Pada tahun 1404 hingga 1406,  saat terjadi perang Paregreg yang merupakan perang antara kerajaan majapahit istana barat dan istana timur, beras menjadi akar konflik hingga mengakibatkan terjadinya perang saudara ini. Di masa peperangan, beras juga memiliki makna sreategis, beras selalu dijadikan alat untuk melemahkan pertahanan musuh. Ya, karena pasokan logistic adalah hal utama bagi tentara dalam peperangan.
Lalu mengapa negeri zamrud khatulistiwa ini kini harus terdaftar sebagai salah satu Negara pengimpor beras? Nampaknya terjadi kesalahan dalam mengurus beras di negeri ini. Pasca kemerdekaan peran beraspun berubah. Walaupun tetap pada perannya yang strategis, namun kali ini sebagai alat politik.
Ada benang merah dalam peristiwa politik di negeri ini yang melibatkan beras. Yakni mundurnya dua presiden republik Indonesia. Pertama Mundurnya Soekarno ada tahun 1956 saat itu terjadi krisis ekonomi yang sangat memprihatinkan hingga mengakibatkan harus dilakukannya kebijakan sanering oleh pemerintah yang dijuluki sebagai kisah “Gunting Safrudin”. Sanering membuat harga beras naik hingga 200% dan saat itulah muncul gejolak di masyarakat akibat rasa lapar. Kemudian beras, mampu menggoyang kursi kepresidenan Soekarno dengan alasan politik, Soekarno tak becus mengurus beras di negeri ini.
Walaupun dalam masa kepemimpinan Soeharto telah melakukan kebijakan besar di negeri ini. Dan penghayatannya sebagai anak seorang petani dalam mengatasi krisis beras itulah yang membawa Indonesia menjadi Negara Swasembada beras di tahun 1984. Namun, cerita lengsernya Soeharto sama dengan Soekarno. Setelah berhasil menggulingkan Soekarno, Soeharto tak menyangka kisah lengsernya ia dari kursi kepresidenan akan sama dengan seniornya. Soeharto lengser di tahun 1998 dengan diawali krisis ekonomi, naiknya harga beras, kelaparan dan akhirnya amuk masa. Begitulah sejarah terulah akibat bulir-bulir beras.
Tidak hanya politik dalam negeri. Dalam politik internasional, beraspun menjadi alat yang ampuh. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah berhasil membuat gelontoran modal asing masuk ke negeri ini, hanya untuk mengatasi masalah beras.

Tidak ada komentar: